PEMBAHASAN
Dalam model pembelajran untuk mengembangkan bakat dan kreativitas
terdapat konsep kurikulum untuk mengembangkan bakat anak usia
SD/MI, modifikasi kurikulum berdiferensiasi, serta hal-hal penting yang perlu
diperhatikan pendidik dalam pembelajaran di bidang bakat khusus dan bentuk-bentuk
kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan bakat khusus.
1.1
Konsep dan Pokok-pokok Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar (Munandar, 1999). Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh siswa di
sekolah, di rumah dan di dalam masyarakat, serta yang membantunya mewujudkan
potensi-potensinya. Disadari adanya kenyataan bahwa setiap siswa memiliki minat
dan kemampuan yang berbedabeda.Kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban
terhadap kenyataan ini (Munandar 1999).Pendidikan berdiferensiasi, yaitu
memberikan pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan
intelektual siswa (Ward dalam Munandar, 1999). Keberbakatan tidak akan
muncul apabila kegiatan belajar terlalu mudah dan tidak mengandung tantangan
bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang unggul tidak akantampil (Stanley
dalam Munandar, 1992).
Beberapa unsur pokok yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan
kurikulum berdiferensiasi adalah (Clark dalam Munandar,1999)
sebagai berikut.
1.
Materi
yang dipercepat dan/atau yang lebih maju.
2.
Pemahaman
yang lebih majemuk dari asas, teori, dan struktur bidang materi.
3.
Tingkat
dan jenis sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi lebih tinggi dan
beragam.
4.
Waktu
belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk mendalami suatu
topik/bidang dapat diperpanjang.
5.
Menciptakan
informasi dan/atau produk baru.
6.
Memindahkan
pembelajaran ke bidang-bidang lain yang lebih menantang
7.
Pengembangan
pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi.
8.
Kemandirian
dalam berpikir dan belajar.
Sisk (Munandar,
1999) menjelaskan lebih lanjut tentang asas-asas kurikulum berdiferensiasi yang dikembangkan oleh
Leadership Training Institutesebagai berikut.
1.
Menyampaikan
materi yang berhubungan dengan isu, tema, atau masalah yang luas.
2.
Memadukan
banyak disiplin dalam bidang studi
3.
Memberikan
pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling memperkuat dalam suatu
bidang studi
4.
Memberi
kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi.
5.
Mengembangkan
keterampilan belajar yang mandiri atau diarahkan diri sendiri
6.
Mengembangkan
keterampilan berpikir yang lebih tinggi, yang produktif, kompleks, dan abstrak.
7.
Memusatkan
pada tugas yang berakhir terbuka (open-endedi).
8.
Mengembangkan
keterampilan dan metode penelitian.
9.
Memadukan
keterampilan dasar dan keterampilan berpikir lebih tinggi dalam kurikulum.
10.
Mendorong
siswa untuk menghasilkangagasan-gagasan baru.
11.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan teknik, bahan, dan bentuk
batu.
12.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan pemahaman diri, misalnya untuk mengenal dan
menggunakan kemampuan mereka, serta mengarahkan dan menghargai kesamaan dan
perbedaan antara mereka dan orang lain.
13.
Menilai
prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifik melalui baik penilaian diri maupun melalui
alat baku.
1.2 Modifikasi
Kurikulum Diferensiasi
Maker (Munandar, 1999) menekankan modifikasi kurikulum untuk
anak berbakat. Modifikasi kurikulum yang dimaksud mencakup materi yang
diberikan, proses atau metode pembelajaran, produk yang diharapkan, lingkungan
belajar.
1.
Modifikasi
materi kurikulum: siswa berbakat memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan
dan konsep yang lebih maju. Guru dapat menyediakan materi yang lebih kompleks.
Ada program dalam memodifikasi materi, seperti kelas yang maju lebih cepat,
pengelompokkan silang tingkat, belajar mandiri, sistem maju brkelanjutan, dan
pemadatan kurikulum.
2.
Metode
proses/metode pembelajaran:guru dapat menggunakan teknik mengajukan pertanyaan
tingkat-tingkat, simulasi, membuat kontrak belajar (perjanjian antara guru dan
siswa tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa), penggunaan mentor, dan
pemecahan masalah. Guru juga dituntut lebih tekun dalam memantau kemajuan siswa
secara perorangan.
3.
Modifikasi
produk belajar:memberikan alternatif kepada siswa mengenai produk yang akan
dihasilkan dan kesempatan untuk merancang produknya sendiri (misalnya melalui
jurnal, menulis untuk koran sekolah, melakukan drama, wawancara, atau kritik
untuk menyampaikan pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam satuan pokok
bahasan padamata pelajaran tertentu). Guru memerlukan sarana untuk menyalurkan
produk-produk siswa tersebut. Guru dapat mengadakan pekan raya sains,
konferensi penemu muda tingkat sekolah, atau pameran-pameran.
4.
Modifikasi
lingkungan belajar: lingkungan yang mendukung berkembangnya bakat dan
kreativitas adalah lingkungan yang memungkinkan semua siswa merasa bebas untuk
belajar sesuai dengan caranya sendiri. Guru yang mengajar bagaimana menggunakan
bahan, sumber, waktu, dan bakat mereka untuk menguasai bidang-bidang minatnya.
Lingkungan yang berpusat pada siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Parke
dalam Munandar 1999).
a.
Siswa
menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum.
b.
Pola
duduk yang memudahkan belajar.
c.
Kegiatan
dan kesibukan di dalam kelas.
d.
Rencana
belajar yang diindividualkanberdasarkan kontrak belajar dengan tiap siswa.
e.
Keputusan
dibuat bersama oleh guru dan siswa (misalnya dalam menyusun aturan kelas, menentukan kegiatan belajar,
waktu dan kecepatan belajar, dan evaluasi belajar)
Lingkungan yang
berpusat pada siswa, memungkinkan siswa menjadi pelajar yang aktif, mandiri dan
bertanggung jawab. Semua siswa dimungkinkan untuk memperoleh pembelajaran yang
sesuaidengan minat dan tingkat kemampuannya masing-masing.
1.3 Pembelajaran
bakat khusus
Berdasarkan lima bidang bakat, kita akan bahas tentang pengembangan
bakat akademik khusus yang dikaitkan juga dengan bakat kreatif siswa SD/MI
melalui kegiatan pembelajaran.
1.
Pengembangan bakat Sains(IPA)
Karakteristik siswa berbakat sains antara lain kepekaan terhadap
masalah kemampuan untuk mengembangkan gagasan baru, kemampuan untuk menilai
kemampuan mekanikal tinggi, ketekunan, semangat, kemampuan visual spasial,
kemampuan untuk mengkomunikasikan, keuletan, dan pencetus ide (Guilford dalam
Munandar, 1999),
Sisk
(Munandar, 1999) mengemukakan hasil identifikasi guru-guru mengenai keterampilan dan kegiatan yang perlu
dilakukan siswa berbakat sains: membaca dan menafsirkan tulisan ilmiah untuk
memperoleh informasi ilmiah; melakukan eksperimen untuk menguji gagasan dan
hipotesa; menguasai dan menggunakan teknik dan alat ilmiah; menyeleksi data
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti; menarik kesimpulan dan prediksi
dari data yang diperoleh; mengungkapkan gagasan kuntitatif dan kualitatif;
menggunakandan menerapkan ilmu untuk melakukan perubahan sosial; serta
merumuskan hubungan dan gagasan baru dari fakta dan konsep yang diteliti.
2.
Pengembangan bakat Matematika
Karakteristik siswa berbakat dalam bidang matematika ialah:
fleksibilitas dalam mengolah data, kemampuan luarbiasa untuk menyusun data,
ketangkasan mental, penafsiran yang orisinil, kemampuan luar biasa uantuk
mengalihkan gagasan, dan kemampuan luar biasa untuk generalisasi. Greenes
menambahkan bahwa siswa berbakat matematika lebih menyukai komunikasi lisan
daripada tulisan ( Greenes, dalam Munandar, 1999 ).
Saran bagi guru
dalam merencanakan model pembelajaran bagi siswa yang berbakat matematika dapat
mendorong: pertimbangan dan pemikiran mandiri, menggunakan berbagai metode
untuk memecahkan masalah yang sama, siswa melakukan pengecekan, serta
memberikan masalah yang menantang dan luar biasa.
3.
Pengembangan bakat bahasa
Karakteristik siswa berbakat bahasaialah: mempunyai ingatan yang
luar biasa, belajar membaca sendiri pada
usia dini, mempunyai perbendaharaan kata yang luas, dapat memecahkan masalah
dengan cara yang majemuk, mempunyai jangkauan perhatian yang luas, mempunyai rasa humor seperti orang dewasa, memberikan
pendapatnya diminta atau tidak, bicara terus-menerus, selalu mengajukan
pertanyaan, memahami buku, film, dan diskusi pada tingkat tinggi, serta
mengaju-kan beberapa pemecahan untuk masalah yang sama. Saran pembelajaran untuk mengembangkan bakat
ini adalah memadukan kegiatan membaca dan menulis, memberikan bahan membaca
yang beragam untuk setiap siswa, membantu siswa untuk menjadi pembaca yang
efektif, menentukan kebutuhan pembelajaran dari individu dan kelompok,
memberikan kesempatan untuk mendengarkan dan berbicara, mendorong untuk membaca
kritis dan membaca kreatif, dan melibatkan siswa dalam pemecahan masalah.
4.
Pengembangan bakat IPS
Karakteristik siswa berbakat dalam IPS ialah: pemahaman konseptual
yang lebih maju dari anak seusianya,
memiliki gudang pengetahuan yang baru dan sangat spesifik, menyukai tugas yang
sulit atau majemuk, menentukan standar tinggi untuk proyek mandiri, dianggap
sebagai sumber pengetahuan dan gagasan baru oleh teman, pengelola kelompok,
menggunakan humor dalam berelasi, menceritakan atau menulis cerita imajinatif,
mempunyai minat luas dan sangat terfokus, cepat menyerap pengetahuan, pembaca
yang intensif, ekstensif, dan maju (dua tingkat di atas kelasnya), melihat
hubungan yang tidak dilihat orang lain, berfantasi jika sedang bosan, dan
memiliki kepekaan sosial (minat yang sungguhsungguh terhadap orang dan terhadap
akibat interaksi sosial, serta menghargai
gagasan dan
nilai susila orang lain). Karakteristik ini menggambarkan juga jenis bakat
sosial yang memiliki karakteristik kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi
dengan orang lain. Kurikulum yang
meliputi topik-topik yang luas, tema dasar yang dikemukakan oleh Gold (Munandar,
1999): menggunakan sumber alam secara bijak, memahami dan mengakui
ketergantungan secara global, mengakui harkat dan martabat manusia, menggunakan
kecerdasan untuk memperbaiki kehidupan manusia, menggunakan kesempatan
pendidikan secara demokaratis dan cerdas, meningkatkan keefektifan keluarga
sebagai lembaga sosial dasar, mengembangkan nilai moral dan spiritual secara
efektif, membagi kekuasaan secara bijak danbertanggung jawab untuk mencapai
keadilan, bekerj asama untuk mencapai
kedamaian dan kesejahteraan, serta mencapai kestabilan dan perubahan
sosial secara stabil.Pembelajaran yang berkaitan dengan jenis bakat khusus
dibidang seni dan kinestetik/psikomotorik dapat dikembangkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler.Pada prinsipnya semakin bervariasi kegiatan ekstrakurikuler
(ekskul), akan semakin besar kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan
bakat dan minatnya. Sekalipun demikian, sekolah perlu mempertimbangkan anggaran
yang diberikan oleh pihak yayasan/pemerintah karena kegiatan ekskul membutuhkan
dana tambahan untuk pengadaan sumber daya manusia (SDM) dan kelengkapan
prasarana (misalnya peralatan olah raga, instrumen musik, dan sebagainya) yang
tak sedikit. Kegiatan ekstrakurikuler
yang dapat mengembangkan bakat seni antara lain: vocal group/ paduan suara,
instrumen musik (pianika, suling, angklung), dan melukis (melatih juga
kemampuan motorik halus, terutama untuk kelas 1, 2, atau 3 SD/MI).
Menurut Goode
(2005), banyak bidang perkembangan dan pembelajaran anak terpengaruh secara
positif oleh pelatihan di bidang musik. Ia pun menambahkan bahwa irama musik
memacu perkembangan motorik anak. Bermain piano pada usia prasekolah
mempengaruhi otak selama masa perkembangan korteks, yaitu bagian otak yang
digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan mencipta. Latihan
musik juga dapat meningkatkan kemampuan belajar atau kemampuan di bidang
matematika.
Untuk mengembangkan bakat
psikomotorik, kegiatan ekskul yang dapat
dikembangkan sekolah adalah sebagai berikut.
1.
Tari
tradisional atau modern dance, yang dapat juga mengembangkan bakat seni.
2.
Bidang
olah raga terutama cabang olahraga yang tidak diperoleh di dalam kurikulum
dasar (agar dalam menemukan bakatnya, sisw mendapatkan kesempatan untuk
mengalami/mencoba berbagai cabang olah raga), atau kegiatan pengayaan
keterampilan motorik (cabang olah raga yang terdapat pada kurikulum dasar).
3.
Pramuka,
yang selain mengembangkan bakat
psikomotorik, juga dapat mengembangkan bakat sosial.
Guru
sangat berperan dalam pengembangan bakat dan kreativitas siswa usia SD/MI.
Sekolah menjadi sarana pengembangan bakat-kreativitas, terutama untuk siswa
yang di lingkungan rumahnya tidak tersedia prasarana yang mendukung
pengembangan dirinya.
1.4 Teori Belajar Behavioristik
Pandangan tentang belajar yaitu Belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-
respon).
1. Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g. Dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial and error”.
2. Termasuk teori belajar behavioristik
a. Teori Belajar Koneksionisme
Belajar dapat terjadi
dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar
tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respons yang tepat serta melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Hukum-hukum Belajar dari Thorndike
ada tiga hukum dasar ( hukum primer) dan lima hukum tambahan. Adapun hukum
dasar dari Thorndike adalah sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi
kepuasan baginya, maka ia tidak melakukan tingkah laku lain. Bila seseorang
sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku
itu akan menimbul kekecewaan. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku maka dilaksanakannya tingkah laku
tersebut akan menimbulkan ketidak puasan. Bila seseorang belum siap melakukan
suatu tingkah laku maka tidak dilakukannya tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan.
2. Hukum latihan ( the law of exercise )
Prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering suatu pelajaran
diulangi, makin dikuasailah pelajaran tersebut, dan makin tidak pernah
diulangi, pelajaran tersebut makin tidak dapat dikuasai. Terdiri dari :
a) Hukum penggunaan ( “the law ofuse”) Dengan latihan berulang-ulang maka
hubungan stimulus dan respons makin kuat.
b) Hukum tidak ada penggunaan (“the law of disuse”) Bahwa hubungan antara
stimulus dan respon melemah bila latihan dihentikan
3. Hukum akibat (the lawof effect)
Hubungan stimulus
respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan.
Lima Hukum Tambahan Thorndike
1. Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui proses trial and
error seseorang akan terus melakukan respons sebelum memperoleh respon yang
tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Set atau attitude, situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah
sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Proses belajar
berlangsung dengan baik bila situasi menyenangkan dan terganggu bila situasi
tidak menyenangkan.
3. Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements)
yaitu manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar harus
diperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan berbeda
untuk orang yang berbeda.
4. Prinsip Response by analogy atau transfer of training. Yaitu manusia
merespon situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan ( transfer )
unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada situasi baru. Dikenal dengan theory
of identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik,
maka proses transfer semakin mudah.
5. Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Yaitu proses peralihan suatu
situasi yang telah dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap,
dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ( elemen ) baru dan
membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur baru dapat
dikenal dengan mudah oleh individu.
4. Revisi Hukum Belajar dari Thorndike
a. Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak
cukup untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons.
b. Hukum akibat (the law of effect) direvisi, ditemukan bahwa hadiah (reward)
akan meningkatkan hubungan, tetapi hukuman (punisment) tidak mengakibatkanefek
apa-apa.
c. Belongingness, yaitu terjadinya hubungan stimulus-respon bukannya
kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal tersebut. Situasi
belajar akanmempengaruhi hasil belajar.
d. Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu perbuatan dapat menular.
5. Penerapan Teori Belajar Koneksionisme
a. Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apa yang hendak diberikan kepada
siswa.
b. Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akandicapai harus dirumuskan dengan
jelas, masihdalam jangkauan kemampuan siswa.
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yanglebih penting ialah adanya
respon-respons yangbenar terhadap stimuli.
d. Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balikbagi guru, apakah proses
pembelajaran sudahsesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segeradiarahkan.
f. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata,sehingga terjadi
transfer dari kelas ke lingkunganluar.
g. Materi pembelajaran yang diberikan harus dapatditerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
h. Tugas yang melebihi kemampuan peserta didiktidak akan meningkatkan kemampuan
siswa dalammemecahkan permasalahannya.
1.5 Teori Belajar Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia
mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (
saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling
menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru,
tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
2. Ciri-Ciri Pembelajran Kooperatif
Didalam pembelajaran
kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ):
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang
dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling
ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat
memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak
hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya
siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif
menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua
kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai
kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok
harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada
rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial
dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa
lainnya.
3. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David
Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Positive interdependence ( saling ketergangtungan
positif )
Unsur ini menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua
anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun
saling ketergantungan positif yaitu :
a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan.
b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama
jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c) Mengatur sedemikian rupa sehingga
setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan
tugas kelompok.
d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung
dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta
didik lain dalam kelompok.
b. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )
Tanggung jawab
perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh
kegiatan belajar bersama.
c. Face to face promotive interaction ( interaksi
promotif )
Unsur ini penting untuk
dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi
promotif adalah :
a) Saling membantu secara efektif dan efisien
b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c) Memproses informasi bersama secara
lebih effektif dan efisien
d) Saling mengingatkan
e) Saling percaya
f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
d. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota /
ketrampilan )
Dalam unsur ini berarti
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik,
maka hal yang perlu dilakukan yaitu :
a) Saling mengenal dan mempercayai
b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c) Saling menerima dan saling mendukung
d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
e. Group processing ( pemrosesan kelompok )
Dalam hal ini
pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi
dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a. Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran
kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep –
konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif
memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk
bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
c. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan
teman yang lain.
5. Perbedaan pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Tradisional
|
|
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling
memberikan motivai sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
|
|
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan.
|
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas- tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok
lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan temannya yang dianggap ‘
pemborong’.
|
|
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
|
Kelompok belajar biasanya homogen
|
|
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
|
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
|
|
Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi, mempercayai orang lain dan mengelola
konflik secara langsung diajarkan.
|
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.
|
|
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok.
|
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru
pada saat belajarkelompok sedang berlangsung.
|
|
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok – kelompok belajar.
|
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok – kelompok belajar.
|
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan
interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
|
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
|
6. Keuntungan penggunaan Pembelajran Kooperatif
Keuntungan pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i.
Meningkatkan kemampuan
memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j.
Meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis
kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
7. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
a. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi
dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap
siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu
tugas tertentu.
b. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda –
beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang
lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
c. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang
membutuhkan pemikiran bersama.
d. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami
materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
e. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas
sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
8. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
a. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama
dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai
perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
b. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya
diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
c. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling
berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan
yang dianggap benar.
d. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman
maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
KESIMPULAN
Dalam model pembelajran untuk mengembangkan bakat dan kreativitas
terdapat konsep kurikulum untuk mengembangkan bakat anak usia
SD/MI, modifikasi kurikulum berdiferensiasi, serta hal-hal penting yang perlu
diperhatikan pendidik dalam pembelajaran di bidang bakat khusus dan
bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan bakat
khusus.
Pandangan tentang belajar behavioristik yaitu Belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon).
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama diantara
para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif, interaksi,
akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan
pembelajaran ini juga disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk
memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan pembelajaran kooperatif
yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap
anggota yang beragam ikut berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap
pandangan yang mereka miliki masing – masing.
Pembelajaran
kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam
pendidikan dimana pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam
pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan
persoalan bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar
pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang
benar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rusyanti. Hetty . 2013. Teori
Pembelajran. http://www.kajianteori.com/2013/02/teori-teori-belajar-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016
Model Pembelajaran
Kooperatif. https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016
0 komentar:
Posting Komentar