Jumat, 03 Juni 2016

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS



PEMBAHASAN


Dalam model pembelajran untuk mengembangkan bakat dan kreativitas terdapat konsep kurikulum untuk mengembangkan bakat anak usia SD/MI, modifikasi kurikulum berdiferensiasi, serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan pendidik dalam pembelajaran di bidang bakat khusus dan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan bakat khusus.

1.1  Konsep dan Pokok-pokok Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan  bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan  kegiatan belajar mengajar (Munandar, 1999). Kurikulum secara umum mencakup  semua pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah dan di dalam masyarakat, serta yang membantunya mewujudkan potensi-potensinya. Disadari adanya kenyataan bahwa setiap siswa memiliki minat dan kemampuan yang berbedabeda.Kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap kenyataan ini (Munandar 1999).Pendidikan berdiferensiasi, yaitu memberikan pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward dalam Munandar, 1999). Keberbakatan tidak akan muncul apabila kegiatan belajar terlalu mudah dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang unggul tidak akantampil (Stanley dalam Munandar, 1992).
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan  kurikulum berdiferensiasi adalah (Clark dalam Munandar,1999) sebagai berikut.
1.      Materi yang dipercepat dan/atau yang lebih maju.
2.      Pemahaman yang lebih majemuk dari asas, teori, dan struktur bidang materi.
3.      Tingkat dan jenis sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi lebih tinggi dan beragam.
4.      Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk mendalami suatu topik/bidang dapat diperpanjang.
5.      Menciptakan informasi dan/atau produk baru.
6.      Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang lain yang lebih menantang
7.      Pengembangan pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi.
8.      Kemandirian dalam berpikir dan belajar.
Sisk (Munandar, 1999) menjelaskan lebih lanjut tentang asas-asas kurikulum  berdiferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institutesebagai berikut.
1.      Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema, atau masalah yang luas.
2.      Memadukan banyak disiplin dalam bidang studi
3.      Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi
4.      Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi.
5.      Mengembangkan keterampilan belajar yang mandiri atau diarahkan diri sendiri
6.      Mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, yang produktif, kompleks, dan abstrak.
7.      Memusatkan pada tugas yang berakhir terbuka (open-endedi).
8.      Mengembangkan keterampilan dan metode penelitian.
9.      Memadukan keterampilan dasar dan keterampilan berpikir lebih tinggi dalam kurikulum.
10.  Mendorong siswa untuk menghasilkangagasan-gagasan baru.
11.  Mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan teknik, bahan, dan bentuk batu.
12.  Mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman diri, misalnya untuk mengenal dan menggunakan kemampuan mereka, serta mengarahkan dan menghargai kesamaan dan perbedaan antara mereka dan orang lain.
13.  Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifik  melalui baik penilaian diri maupun melalui alat baku.
1.2  Modifikasi Kurikulum Diferensiasi
Maker (Munandar, 1999) menekankan modifikasi kurikulum untuk anak berbakat. Modifikasi kurikulum yang dimaksud mencakup materi yang diberikan, proses atau metode pembelajaran, produk yang diharapkan, lingkungan belajar.
1.      Modifikasi materi kurikulum: siswa berbakat memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan dan konsep yang lebih maju. Guru dapat menyediakan materi yang lebih kompleks. Ada program dalam memodifikasi materi, seperti kelas yang maju lebih cepat, pengelompokkan silang tingkat, belajar mandiri, sistem maju brkelanjutan, dan pemadatan kurikulum.
2.      Metode proses/metode pembelajaran:guru dapat menggunakan teknik mengajukan pertanyaan tingkat-tingkat, simulasi, membuat kontrak belajar (perjanjian antara guru dan siswa tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa), penggunaan mentor, dan pemecahan masalah. Guru juga dituntut lebih tekun dalam memantau kemajuan siswa secara perorangan.
3.      Modifikasi produk belajar:memberikan alternatif kepada siswa mengenai produk yang akan dihasilkan dan kesempatan untuk merancang produknya sendiri (misalnya melalui jurnal, menulis untuk koran sekolah, melakukan drama, wawancara, atau kritik untuk menyampaikan pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam satuan pokok bahasan padamata pelajaran tertentu). Guru memerlukan sarana untuk menyalurkan produk-produk siswa tersebut. Guru dapat mengadakan pekan raya sains, konferensi penemu muda tingkat sekolah, atau pameran-pameran.
4.      Modifikasi lingkungan belajar: lingkungan yang mendukung berkembangnya bakat dan kreativitas adalah lingkungan yang memungkinkan semua siswa merasa bebas untuk belajar sesuai dengan caranya sendiri. Guru yang mengajar bagaimana menggunakan bahan, sumber, waktu, dan bakat mereka untuk menguasai bidang-bidang minatnya. Lingkungan yang berpusat pada siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Parke dalam Munandar 1999).
a.       Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum.
b.      Pola duduk yang memudahkan belajar.
c.       Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas.
d.      Rencana belajar yang diindividualkanberdasarkan kontrak belajar dengan tiap siswa.
e.       Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa (misalnya dalam menyusun  aturan kelas, menentukan kegiatan belajar, waktu dan kecepatan belajar, dan evaluasi belajar)
Lingkungan yang berpusat pada siswa, memungkinkan siswa menjadi pelajar yang aktif, mandiri dan bertanggung jawab. Semua siswa dimungkinkan untuk memperoleh pembelajaran yang sesuaidengan minat dan tingkat kemampuannya masing-masing.
1.3  Pembelajaran bakat khusus
Berdasarkan lima bidang bakat, kita akan bahas tentang pengembangan bakat akademik khusus yang dikaitkan juga dengan bakat kreatif siswa SD/MI melalui kegiatan pembelajaran.
1.      Pengembangan bakat Sains(IPA)
Karakteristik siswa berbakat sains antara lain kepekaan terhadap masalah kemampuan untuk mengembangkan gagasan baru, kemampuan untuk menilai kemampuan mekanikal tinggi, ketekunan, semangat, kemampuan visual spasial, kemampuan untuk mengkomunikasikan, keuletan, dan pencetus ide (Guilford dalam Munandar, 1999),
            Sisk (Munandar, 1999) mengemukakan hasil identifikasi guru-guru mengenai  keterampilan dan kegiatan yang perlu dilakukan siswa berbakat sains: membaca dan menafsirkan tulisan ilmiah untuk memperoleh informasi ilmiah; melakukan eksperimen untuk menguji gagasan dan hipotesa; menguasai dan menggunakan teknik dan alat ilmiah; menyeleksi data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti; menarik kesimpulan dan prediksi dari data yang diperoleh; mengungkapkan gagasan kuntitatif dan kualitatif; menggunakandan menerapkan ilmu untuk melakukan perubahan sosial; serta merumuskan hubungan dan gagasan baru dari fakta dan konsep yang diteliti.
2.      Pengembangan bakat Matematika
Karakteristik siswa berbakat dalam bidang matematika ialah: fleksibilitas dalam mengolah data, kemampuan luarbiasa untuk menyusun data, ketangkasan mental, penafsiran yang orisinil, kemampuan luar biasa uantuk mengalihkan gagasan, dan kemampuan luar biasa untuk generalisasi. Greenes menambahkan bahwa siswa berbakat matematika lebih menyukai komunikasi lisan daripada tulisan ( Greenes, dalam Munandar, 1999 ).
Saran bagi guru dalam merencanakan model pembelajaran bagi siswa yang berbakat matematika dapat mendorong: pertimbangan dan pemikiran mandiri, menggunakan berbagai metode untuk memecahkan masalah yang sama, siswa melakukan pengecekan, serta memberikan masalah yang menantang dan luar biasa.
3.      Pengembangan bakat bahasa
Karakteristik siswa berbakat bahasaialah: mempunyai ingatan yang luar  biasa, belajar membaca sendiri pada usia dini, mempunyai perbendaharaan kata yang luas, dapat memecahkan masalah dengan cara yang majemuk, mempunyai jangkauan perhatian yang luas, mempunyai  rasa humor seperti orang dewasa, memberikan pendapatnya diminta atau tidak, bicara terus-menerus, selalu mengajukan pertanyaan, memahami buku, film, dan diskusi pada tingkat tinggi, serta mengaju-kan beberapa pemecahan untuk masalah yang sama.  Saran pembelajaran untuk mengembangkan bakat ini adalah memadukan kegiatan membaca dan menulis, memberikan bahan membaca yang beragam untuk setiap siswa, membantu siswa untuk menjadi pembaca yang efektif, menentukan kebutuhan pembelajaran dari individu dan kelompok, memberikan kesempatan untuk mendengarkan dan berbicara, mendorong untuk membaca kritis dan membaca kreatif, dan melibatkan siswa dalam pemecahan masalah.

4.      Pengembangan bakat IPS
Karakteristik siswa berbakat dalam IPS ialah: pemahaman konseptual yang  lebih maju dari anak seusianya, memiliki gudang pengetahuan yang baru dan sangat spesifik, menyukai tugas yang sulit atau majemuk, menentukan standar tinggi untuk proyek mandiri, dianggap sebagai sumber pengetahuan dan gagasan baru oleh teman, pengelola kelompok, menggunakan humor dalam berelasi, menceritakan atau menulis cerita imajinatif, mempunyai minat luas dan sangat terfokus, cepat menyerap pengetahuan, pembaca yang intensif, ekstensif, dan maju (dua tingkat di atas kelasnya), melihat hubungan yang tidak dilihat orang lain, berfantasi jika sedang bosan, dan memiliki kepekaan sosial (minat yang sungguhsungguh terhadap orang dan terhadap akibat interaksi sosial, serta menghargai
gagasan dan nilai susila orang lain). Karakteristik ini menggambarkan juga jenis bakat sosial yang memiliki karakteristik kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi dengan orang lain.  Kurikulum yang meliputi topik-topik yang luas, tema dasar yang dikemukakan oleh Gold (Munandar, 1999): menggunakan sumber alam secara bijak, memahami dan mengakui ketergantungan secara global, mengakui harkat dan martabat manusia, menggunakan kecerdasan untuk memperbaiki kehidupan manusia, menggunakan kesempatan pendidikan secara demokaratis dan cerdas, meningkatkan keefektifan keluarga sebagai lembaga sosial dasar, mengembangkan nilai moral dan spiritual secara efektif, membagi kekuasaan secara bijak danbertanggung jawab untuk mencapai keadilan, bekerj asama untuk mencapai  kedamaian dan kesejahteraan, serta mencapai kestabilan dan perubahan sosial secara stabil.Pembelajaran yang berkaitan dengan jenis bakat khusus dibidang seni dan kinestetik/psikomotorik dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.Pada prinsipnya semakin bervariasi kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), akan semakin besar kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Sekalipun demikian, sekolah perlu mempertimbangkan anggaran yang diberikan oleh pihak yayasan/pemerintah karena kegiatan ekskul membutuhkan dana tambahan untuk pengadaan sumber daya manusia (SDM) dan kelengkapan prasarana (misalnya peralatan olah raga, instrumen musik, dan sebagainya) yang tak sedikit.  Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan bakat seni antara lain: vocal group/ paduan suara, instrumen musik (pianika, suling, angklung), dan melukis (melatih juga kemampuan motorik halus, terutama untuk kelas 1, 2, atau 3 SD/MI).
Menurut Goode (2005), banyak bidang perkembangan dan pembelajaran anak terpengaruh secara positif oleh pelatihan di bidang musik. Ia pun menambahkan bahwa irama musik memacu perkembangan motorik anak. Bermain piano pada usia prasekolah mempengaruhi otak selama masa perkembangan korteks, yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan mencipta. Latihan musik juga dapat meningkatkan kemampuan belajar atau kemampuan di bidang matematika.
Untuk mengembangkan bakat psikomotorik, kegiatan ekskul yang dapat  dikembangkan sekolah adalah sebagai berikut.
1.      Tari tradisional atau modern dance, yang dapat juga mengembangkan bakat seni.
2.      Bidang olah raga terutama cabang olahraga yang tidak diperoleh di dalam kurikulum dasar (agar dalam menemukan bakatnya, sisw mendapatkan kesempatan untuk mengalami/mencoba berbagai cabang olah raga), atau kegiatan pengayaan keterampilan motorik (cabang olah raga yang terdapat pada kurikulum dasar).
3.      Pramuka, yang selain mengembangkan  bakat psikomotorik, juga dapat mengembangkan bakat sosial.  
Guru sangat berperan dalam pengembangan bakat dan kreativitas siswa usia SD/MI. Sekolah menjadi sarana pengembangan bakat-kreativitas, terutama untuk siswa yang di lingkungan rumahnya tidak tersedia prasarana yang mendukung pengembangan dirinya.
1.4  Teori Belajar Behavioristik
Pandangan tentang belajar yaitu Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon).
1.      Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a.       Mementingkan pengaruh lingkungan
b.      Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik)
c.       Mementingkan peranan reaksi.
d.      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e.       Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f.       Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g.      Dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial and error”.
2.      Termasuk teori belajar behavioristik
a.      Teori Belajar Koneksionisme
Belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Hukum-hukum Belajar dari Thorndike ada tiga hukum dasar ( hukum primer) dan lima hukum tambahan. Adapun hukum dasar dari Thorndike adalah sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi kepuasan baginya, maka ia tidak melakukan tingkah laku lain. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku itu akan menimbul kekecewaan. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah  laku maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut akan menimbulkan ketidak puasan. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku maka tidak dilakukannya tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan.
2. Hukum latihan ( the law of exercise )
Prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering suatu pelajaran diulangi, makin dikuasailah pelajaran tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut makin tidak dapat dikuasai. Terdiri dari :
a)      Hukum penggunaan ( “the law ofuse”) Dengan latihan berulang-ulang maka hubungan stimulus dan respons makin kuat.
b)      Hukum tidak ada penggunaan (“the law of disuse”) Bahwa hubungan antara stimulus dan respon melemah bila latihan dihentikan
3.      Hukum akibat (the lawof effect)
Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan.
Lima Hukum Tambahan Thorndike
1.      Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui proses trial and error seseorang akan terus melakukan respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.      Set atau attitude, situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Proses belajar berlangsung dengan baik bila situasi menyenangkan dan terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
3.      Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements) yaitu manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar harus diperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan berbeda untuk orang yang berbeda.
4.      Prinsip Response by analogy atau transfer of training. Yaitu manusia merespon situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan ( transfer ) unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada situasi baru. Dikenal dengan theory of identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik, maka proses transfer semakin mudah.
5.      Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Yaitu proses peralihan suatu situasi yang telah dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ( elemen ) baru dan membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur baru dapat dikenal dengan mudah oleh individu.
4.      Revisi Hukum Belajar dari Thorndike
a.       Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons.
b.      Hukum akibat (the law of effect) direvisi, ditemukan bahwa hadiah (reward) akan meningkatkan hubungan, tetapi hukuman (punisment) tidak mengakibatkanefek apa-apa.
c.       Belongingness, yaitu terjadinya hubungan stimulus-respon bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal tersebut. Situasi belajar akanmempengaruhi hasil belajar.
d.      Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu perbuatan dapat menular.
5.      Penerapan Teori Belajar Koneksionisme
a.       Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apa yang hendak diberikan kepada siswa.
b.      Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akandicapai harus dirumuskan dengan jelas, masihdalam jangkauan kemampuan siswa.
c.       Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yanglebih penting ialah adanya respon-respons yangbenar terhadap stimuli.
d.      Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balikbagi guru, apakah proses pembelajaran sudahsesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e.       Siswa yang sudah belajar dengan baik segeradiarahkan.
f.       Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata,sehingga terjadi transfer dari kelas ke lingkunganluar.
g.      Materi pembelajaran yang diberikan harus dapatditerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
h.      Tugas yang melebihi kemampuan peserta didiktidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalammemecahkan permasalahannya.
1.5  Teori Belajar Kooperatif
Pembelajaran kooperatif Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
1.      Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
2.      Ciri-Ciri Pembelajran Kooperatif
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut  Lie ( 2004 ):
a.      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
b.      Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
c.       Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
3.      Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
a.      Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif )
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :
a)      Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.
b)      Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c)       Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
d)     Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
b.      Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
c.       Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )
Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah :
a)      Saling membantu secara efektif dan efisien
b)      Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c)       Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien
d)     Saling mengingatkan
e)      Saling percaya
f)       Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
d.      Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan )
Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu :
a)      Saling mengenal dan mempercayai
b)      Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c)      Saling menerima dan saling mendukung
d)     Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
e.       Group processing ( pemrosesan kelompok )
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
4.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a.      Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
b.      Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
c.       Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
5.      Perbedaan pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas- tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan temannya yang dianggap ‘ pemborong’.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

6.      Keuntungan penggunaan Pembelajran Kooperatif
Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
a.       Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
b.      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c.       Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d.      Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
e.       Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau  egois.
f.       Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g.      Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h.      Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i.        Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j.        Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k.      Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
7.      Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
a.       Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
b.      Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
c.       Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
d.      Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
e.       Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
8.      Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
a.       Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
b.      Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
c.       Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.
d.      Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.














KESIMPULAN
Dalam model pembelajran untuk mengembangkan bakat dan kreativitas terdapat konsep kurikulum untuk mengembangkan bakat anak usia SD/MI, modifikasi kurikulum berdiferensiasi, serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan pendidik dalam pembelajaran di bidang bakat khusus dan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan bakat khusus.
Pandangan tentang belajar behavioristik yaitu Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif, interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap anggota yang beragam ikut berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap pandangan yang mereka miliki masing – masing.
Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dimana pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan persoalan  bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.





DAFTAR PUSTAKA
Rusyanti. Hetty . 2013. Teori Pembelajran. http://www.kajianteori.com/2013/02/teori-teori-belajar-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016
Model Pembelajaran Kooperatif. https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.