Kamis, 02 Juni 2016

Makalah Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Menulis




Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Menulis

Menulis adalah  suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).
                                
Diagram Tahapan Menulis

Proses Menulis
1.      Perencanaan
2.      Menulis
3.      Revisi
4.      Menulis
5.      Revisi
6.      Menulis
7.      Tulisanakhir
1.      Menulis
2.      Perencanaan
3.      Revisi
4.      Menulis
5.      Revisi
6.      Menulis
7.      Revisi
8.      Tulisan akhir

  1. Menulis Kebahasaan
            Dalam  menuliskan kata serta kalimat, kita perlu pula memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya.
            Jadi dalam menulis kita dituntut untuk dapat memilih kata yang tepat menggunakan kata yang benar dengan menyusun kalimat yang efektif dan memperhatikan aspek ejaan serta organisasi karangan.
  1. Pemakaian Kata
            Contoh pemakaian kata (yang bercetak miring) dalam kalimat berikuti ni :
            (1) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipersoalkan.
            (2) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipermasalahkan.
            Kalimat (1) dan (2) dari segi bentuk hanya dibedakan oleh sebuah kata. Kalimat (1) menggunakan kata dipersoalkan, sedangkan kalimat (2) menggunakan kata dipermasalahkan. Kemudian, dapat dikatakan bahwa kedua kalimat tersebut memiliki makna yang sama (bersinonim).
            Sedangkan yang menjadi masalah bagi penulis adalah menyangkut pemilihan kata di antara kedua kata yang bersinonim tersebut dalam menulis kalimat. Kata dipersoalkan dalam kalimat (1)  memberi kesan bahwa yang terlibat dalam pembicaraan adalah orang-orang yang memiliki berbagai latar belakang ditinjau dari sudut pendidikan atau keahlian, sedangkan pemakaian kata dipermasalahkan dalam kalimat (2) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam pembicaraan adalah orang-orang yang memiliki pendidikan atau keahlian yang memadai.
            (3)  Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali digugat.
Pemakaian kata digugat pada kalimat (3) memberi makna yang jauh berbeda dengan kalimat (1) dan (2). Pada kalimat (1) dan (2) terkandung makna kemungkinan untuk dilakukan suatu diskusi (beradu argumentasi), sedangkan pada kalimat (3) sarat dengan makna ketidaksetujuan.
            (4) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara digugat.
Kalimat (3) menggunakan kata kembali, sedangkan kalimat (4) tidak menggunakan kata kembali. Dengan demikian, kalimat (3) mengandung makna bahwa gugatan yang sama sudah pernah dikemukakan sebelum ini. Makna itu tidak terkandung dalam kalimat (4).
  1. Sinonim dan antonim
            Contoh :
                        cara, metode
                        besar, agung, raya
                        sukar, sulit, pelik
                        periksa, selidik, teliti
                        lihat, pantau, observasi
                        hati, kalbu
            Kata mengobservasi, melihat merupakan kata sinonim dan dapat saling mengganti penggunaannya.
                        (1) Kita harus mengobservasi aktivitas yang mereka lakukan secara             berulang-ulang.
                        (2) Kita harus melihat aktivitas yang mereka lakukan secara berulang-         ulang.
            Kata observasi dalam kalimat (1) lebih tepat digunakan dalam suatu tulisan ilmiah dibandingkan dengan kata melihat dalam kalimat (2).
            Kata berantonim, misalnya :
                        (3) Susah dan senang akan kita hadapi bersama.
                        (4) Apa pun keadaannya akan kita hadapi bersama.
  1. Denotasi dan konotasi
            Contoh :
            (1) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam kemiskinan.
            (2) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam kemelaratan.
           
            Kata kemiskinan dalam kalimat (1) dapat dikatakan hanya memiliki makna leksikal yang tidak menonjolkan nialai rasa tertentu (bersifat denotatif), sedangkan kata kemelaratan dalam kalimat (2) memiliki makna leksikal dan konotatif karena menonjolkan kesan menyedihkan.
  1. Kata umum khusus
            Contoh :
            (1) Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam media massa.
            (2) Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam surat kabar.
            Kata media massa memiliki makna yang sulit dipahami (abstrak), sedangkan makna surat kabar dapat dikatakan cukup konkret.
  1. Kata konkret dan kata abstrak
            Kata abstrak mempunyai referent berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referent berupa objek yang dapat dipahami. Oleh karena itu, kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret.
            Contoh :
            (1) Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian barang.
            (2) Mobi, kereta api, kapal, dan pesawat dipakai untuk mengantar barang.
  1. Kata populer dan kata kajian
             Istilah kata populer dipakai untuk merujuk kepada kata-kata yang biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Sedangkan kata kajian merujuk kepada kata-kata yang dipakai dalam komunikasi ilmiah atau komunikasi profesi tertentu.
Kata Populer
Kata Kajian
Contoh
Cara
Arang
Kecil
Berarti
Sampel
Metode
Karbon
Mikro
Signifikan


  1. Kata asing dan serapan
            Kata asing adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang bentuk dan pengucapannya dipertahankan seperti bahasa asalnya.
            Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing, namun bentuk dan pengucapannya sudah disesuaikan dengan struktur dan pengucapan.
            Contoh kata serapan yang tidak dirasakan lagi bahwa berasal dari bahasa asing : buku, kitab, koran, ilmu, hakim, dan mobil.
            Contoh kata serapan yang masih terasa bahwa sebenarnya berasal dari bahasa asing : teknologi, transmisi, psikologi, demografi, kontribusi.
  1. Penulisan Kalimat
    1. Unsur subjek dan predikat
            Dalam sebuah kalimat yang efektif sekurang-kurangnya terdapat unsur subjek dan predikat.
            Contoh :
            (1) Penyajian materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
                                    S                                    P
            perkembangan siswa.
            (2) Dalam menilai kelulusan siswa, pemerintah harus konsisten
                                                                         S                     P
            dengan misi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

b.      Kehematan
            Selain hubungan subjek dan predikat dalam kalimat harus jelas, pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris dan argumentatif.
            Sebuah kalimat yang efektif harus memenuhi syarat kehematan dalam pemakaian kata.
            Contoh :
            (1) Para guru-guru mengalami kesulitan, dalam mendesain silabus.
            Kalimat tersebut akan lebih efektif bila ditulis kembali sebagai berikut ;
            (1a) Para guru mengalami kesulitan dalam mendesain silabus
            (1b) Guru-guru mengalami kesulitan dalam mendesain silabus.



  1. Kesejajaran
            Contoh :
            (1) Materi pelajaran dikembangkannya dengan baik dan menyajikannya dengan penuh kepercayaan diri.
            (2) Materi pelajaran dikembangkannya dengan baik dan disajikannya dengan penuh kepercayaan diri.
            Pada kalimat (1) memiliki dua predikat yang berawalan di- dan berawalan me-. Jadi, keduanya tidak memiliki kesejajaran bentuk sehingga kalimat tersebut bukanlah kalimat yang efektif.
            Sedangkan, pada kalimat (2) terdapat dua predikat yang berawalan di-.
            Jadi, kalimat tersebut memenuhi syarat kesejajaran bentuk sehingga dapat disebut kalimat yang efektif.

d.      Kevariasian
            Contoh 1 :
            Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilih masuk Universitas Jember setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
            Contoh 2 :
            Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Mereka berdua memilih masuk Universitas Jember setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita itu. Mereka memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
            Kedua kalimat paragraf tersebut berisi informasi yang sama.
            Perbedaan keduanya hanya terletak pada kevariasian dalam
            pemilihan kata dan struktur kalimat.

e.       Penekanan
            Penekanan biasanya diwujudkan dengan cara meletakkan bagian yang mendapat penekanan itu pada awal kalimat.
            Contoh :
            (1) Anak-anak berbakat diberi bea siswa mulai semester ini.
            (2) Mulai semester ini anak-anak berbakat diberi bea siswa.
            (3) Diberi bea siswa anak-anak berbakat mulai semester ini.

  1. Penggunaan Ejaan
a.      Pemenggalan kata
            Beberapa pedoman dalam pemenggalan kata :
            1) Jika di tengah kata terdapat dua vokal berurutan maka pemenggalannya di antara kedua vokal tersebut.
            Contoh :          maaf                ma-af
                                    saat                  sa-at
                                    buah                bu-ah
Namun, huruf-huruf yang menandai diftong au, ai, dan oi tidak boleh dipisahkan penulisannya.
Contoh kata sungai mengandung diftong ai, bila dipenggal menjadi su-ngai, bukan su-nga-i.
2) Jika di tengah kata terdapat vokal dan konsonan maka pemenggalan kata dapat dilakukan sebelum konsonan.
            media              me-di-a
            peraga              pe-ra-ga
            guru                 gu-ru
3) Jika di tengah kata terdapat dua konsonan, pemenggalan dilakukan di antara konsonan tersebu t.
            ahli                  ah-li
            keluarga           ke-lu-ar-ga      
4) Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih maka pemenggalan suku katanya, antara lain di antara konsonan pertama dan kedua
            instrumen                    in-stru-men
            ekstrakurikuler            ek-stra-ku-ri-ku-ler
5) Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya diperlakukan sebagai satu suku kata bila dipenggal.
            makanan          ma-kan-an (bukan ma-ka-nan)
            permainan        per-ma-in-an

  1. Penulisan kata depan
            Penulisan kata depan dalam frasa atau kalimat selalu dipisahkan dari kata yang mengikutinya.
                        ke sawah
                        dari sekolah
                        di perguruan tinggi
            Perbedaan kata depan di dengan imbuhan di- yaitu kata depan di selalu diikuti oleh kata atau frasa benda saja, sedangkan imbuhan di- tidak. Kemudian, bila imbuhan di- diikuti oleh kata benda maka pasti diikuti oleh akhiran –i atau –kan, misalnya dibuahi, dirumahkan, disekolahkan.

  1. Pemakaian tanda baca
1)      Pemakaian tanda koma dalam penulisan gelar akademik
                        Tanda koma dipakai untuk memisahkan nama seseorang dengan gelar akdemik yang ditulis di belakang nama            tersebut.
                        Muhammad Yusuf, S.H.
                        Abdullah, M.A.

2)      Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat majemuk
Apabila anak kalimat mendahului induk kalimat dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat :
(1) Karena nasib rakyat tidak diperhatikan, terjadilah krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
            Apabila induk kalimat mendahului anak kalimat, tanda         koma tidak digunakan.
(2) Terjadilah krisis kepercayaan pada pemerintah karena nasib rakyat tidak diperhatikan.
           
            Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan klausa-klausa pada kalimat majemuk setara.
(3) Ahmad bertugas menyusun rencana penelitian, Aisyah mengumpulkan data, dan Ali menulis laporan.

3) Pemakaian tanda titik dua (:)
Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti dengan suatu perincian.
(1)   Kita harus membawa perlengkapan yang cukup ketika memasuki lapangan penelitian, yaitu alat tulis, kamera, alat perekam, dan komputer.
           
Tanda titik dua juga dipakai antara tempat terbit dan penerbit dalam penulisan daftar pustaka.
Akhadiah, Sabarti. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tanda titik dua dipakai pula di antara tahun terbit dan halaman pada penulisan sumber kutipan.
            (Akhadiah, 1992:34)

4)      Penulisan tanda petik (K..,”}
a)         Tanda petik mengapit kalimat langsung atau petikan langsung, yang dipetik dari percakapan atau suatu bahasa tulisan.
(1)        “Kita harus tampil dengan penuh percaya diri dan simpatik di depan kelas,” kata kepala sekolah.
b)         Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, artikel, bab dari suatu buku yang dipetik dalam suatu kalimat.
            (1)        Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar sarat dengan pesan kebebasan individu.

4.      Menulis Paragraf
            Dalam sebuah paragraf, gagasan utama atau disebut juga pikiran utama atau topik utama dapat dikemukakan dalam sebuah kalimat topik atau disebut juga kalimat utama.
            Gagasan utama dapat terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, atau pada bagian awal dan akhir paragraf.

Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Menulis
  1. Merencanakan Tulisan Fiksi
            Fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif penulisnya yang berupa karya tulis yang biasanya digolongkan ke dalam tulisan kesastraan.
Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama. Penulisan sebuah fiksi dimulai dengan penulisan sebuah sinopsis cerita.
  1. Merencanakan Tulisan Nonfiksi
            Pada tahap perencanaan :
1)      Pemilihan Topik
            Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai dalam pemilihan               topik karangan.
            Kriteria pertama, topik yang dipilih hendaklah yang             menarik dan dikuasai oleh penulis.
Kriteria kedua,topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang   hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk             memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran.
Kriteria ketiga, bahan-bahan yang kita perlu untuk menulis s            ehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat      dijangkau.
Kriteria keempat, topik yang kita pilih hendaklah sesuai        cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana    yang tersedia.
2)      Perumusan Tujuan
Tujuan yang kita rumuskan akan berpengaruh terhadap         kerangka karangan yang akan kita susun serta terhadap          jenis data atau informasi yang kita perlukan dalam menulis.
3)      Penulisan Kerangka Karangan
Penulisan kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topik dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
            Ada 2 cara penulisan kerangka karangan :
            Dengan mendaftarkan seluruh subtopik dari topik yang telah dipilih, kemudian memilah-milah, mengelompokkan dan menyusunnya menjadi suatu struktur kerangka tertentu.
Penulis langsung menentukan subtopik apa yang perlu ditulis dan langsung mengurutkannya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.